PENGOLAHAN NATA DE COCO
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
PROFIL USAHATerdapat tiga jenis perusahaan nata de coco yaitu: perusahaan yang hanya menghasilkan nata de coco mentah (lembaran); perusahaan yang hanya menghasilkan nata de coco kemasan (syrup); dan perusahaan yang menghasilkan nata de coco mentah sekaligus mengolahnya menjadi nata de coco kemasan. Gambar 2.1. menunjukkan jenis perusahaan nata de coco.
Gambar 2.1. Jenis Perusahaan Nata de coco
Jenis perusahaan I memproduksi nata de coco dari air kelapa melalui proses fermentasi. Tingkat keberhasilan proses fermentasi ini sangat tergantung dari tingkat sterilisasi tempat dan peralatan-peralatan yang dipakai pada proses fermentasi. Tingkat keberhasilan proses fermentasi berkisar antara 80%-97,5% tergantung dari sterilisasi tempat produksi. Selain itu, cuaca juga merupakan faktor keberhasilan yang penting karena suhu kamar sangat diperlukan dalam proses fermentasi. Gambar 2.2. menunjukkan diagram alir proses pembuatan nata de coco lembaran oleh perusahaan jenis I.
Gambar 2.2. Proses pembuatan nata de coco lembaran oleh perusahaan I
Pemilihan lokasi usaha I tidak harus dekat dengan sumber air kelapa mengingat sifat pengolahan air kelapa tidak harus air yang segar. Menurut Woodrof (1970), komposisi kimia air kelapa adalah air, kalium, sejumlah kecil karbohidrat, lemak, protein dan garam mineral. Tabel 2.1 menunjukkan persentase kandungan masing-masing komponen kimia dalam air kelapa.
Tabel 2.1.
Komposisi Kimia Air Kelapa
Komposisi Kimia Air Kelapa
No. | Komponen | Persentase (%) |
1. | Air | 95,50 |
2. | Kalium | 6,60 |
3. | Zat padat total | 4,71 |
4. | Gula total | 2,08 |
5. | Gula reduksi | 0,80 |
6. | Kalium oksida | 0,69 |
7. | Mineral (abu) | 0,62 |
8. | Magnisium oksida | 0,59 |
9. | Asam fosfat | 0,56 |
10. | Zat besi | 0,50 |
11. | Nitrogen | 0,05 |
Sumber: Woodroof (1970); cit.: Khak (1999), Sutardi (2004), Sutarminingsih (2004).
Air kelapa harus ditampung dari berbagai sumber. Penampungan air kelapa tersebut memberikan jaminan sediaan air kelapa yang memadai dan terjadinya proses air kelapa menjadi basi. Proses pembasian air kelapa ini memberikan dampak yang positif karena air kelapa secara alami terkontaminasi oleh bakteri asam cuka dan fermentasi awal terjadi dan berakibat turunnya pH air kelapa. Penurunan pH tersebut dari segi teknis sangat menguntungkan karena pada proses pembuatan nata de coco justru pH harus diturunkan sampai air kelapa hasil pendidihan mencapai 3-4, dengan cara menambah asam cuka (Sutardi 2004). Proses pembasian ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada kualitas air kelapa kecuali jika fermentasi awal berlangsung lama (berlanjut) sehingga kadar gula air kelapa makin menipis dan pada akhirnya air kelapa dapat busuk karena bakteri pembusuk mengambil alih proses dekomposisi lanjut. Oleh sebab itu harus dihindari pembasian air kelapa yang lama. Menurut Sutardi (2004) lama penyimpanan air kelapa sebaiknya tidak lebih lama dari 4 hari. Perusahaan I akan menjual lembaran ke perusahaan-perusahaan II lokal maupun luar daerah. Di daerah survey dijumpai satu pola kemitraan antar pembuat nata de coco lembaran (lihat Kotak 2.1). Perusahaan relatif lebih besar membantu memasarkan nata de coco lembaran perusahaan-perusahaan yang relatif kecil. Untuk menjaga standarisasi nata de coco, perusahaan relatif besar tersebut memberikan bimbingan teknis dan pelatihan kepada perusahaan relatif kecil. Standar kualitas nata de coco sampai saat ini belum ada. Secara umum, kualitas nata de coco yang baik memiliki rendemen tinggi, bertekstur agak kenyal namun renyah, berwarna putih bersih dan berdaya simpan tinggi (Sutarminingsih 2004). Kualitas nata de coco tersebut ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: bahan baku air kelapa, bahan tambahan, penyediaan bibit, wadah fermentasi, sanitasi dan sterilisasi.
Perusahaan I akan menjual output nata de coco lembaran ke perusahaan II. Perusahaan I memasarkan nata de coco mentah (lembaran) ke perusahaan lokal dan luar daerah dengan perbandingan 30 persen di serap lokal dan 70 persen diserap luar daerah (Jawa). Di sini nata de coco dipakai oleh perusahaan-perusahaan II sebagai input memproduksi nata de coco kemasan (syrup).
Gambar 2.3. Proses Pembuatan oleh Perusahaan II
Perusahaan jenis III memiliki kegiatan memproduksi nata de coco mentah sendiri sampai nata de coco kemasan. Perusahaan III bisa dipastikan bahwa mereka berproduksi secara permanen/kontinyu sepanjang tahun. Di Lampung Selatan, perusahaan I dan II relatif lebih banyak dibanding perusahaan III. Terdapat beberapa perusahaan III. Selain itu, terdapat beberapa perusahaan besar seperti PT Keong Nusantara Abadi (Wong Coco) dan PT Sari Segar Husada yang memproduksi nata de coco mentah sampai kemasan. Tidak ada bentuk kemitraan antara perusahaan I, II dan III dengan perusahaan besar. Perusahaan I hanya menjual air kelapa ke perusahaan besar jika terdapat kelebihan air kelapa untuk produksinya. Foto 2.1. menunjukkan contoh kwitansi pembelian air kelapa dari petani/pengumpul air kelapa. Sekarang petani/pengumpul air kelapa tersebut memiliki perusahaan nata de coco tipe perusahaan I. Kadang-kadang, dia menyetor air kelapa untuk sekedar absen. Terdapat persaingan untuk mendapatkan input (air kelapa) antara perusahaan besar dan kecil.
Foto 2.1. Kwitansi Pasokan Air Kelapa ke Perusahaan Besar